Twenty-Four Eyes
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Kelebihan utama novel ini terletak pada kemampuannya menyentuh hati tanpa harus melebih-lebihkan. Miss Oishi digambarkan dengan sangat manusiawi penuh kasih, idealis, namun rapuh di hadapan tekanan zaman dan perang. Dua belas muridnya, yang awalnya hanya anak-anak polos di kelas dasar, perlahan tumbuh dewasa dalam bayang-bayang militerisme dan kemiskinan, hingga beberapa dari mereka akhirnya dikorbankan oleh peperangan. Interaksi mereka penuh kehangatan, namun juga menyimpan ironi dan kesedihan yang mendalam.
Yang membuat Twenty-Four Eyes begitu kuat adalah gaya penulisannya yang lembut namun menghantam. Tidak ada adegan dramatis yang berlebihan, namun justru dalam kesederhanaannya, penderitaan dan kehilangan terasa lebih nyata. Buku ini tidak menggurui pembaca tentang perdamaian, tetapi menunjukkan betapa perang merenggut kebahagiaan paling dasar: hubungan antarmanusia yang hangat dan tulus.
Kekurangan Novel
Meski begitu, beberapa pembaca modern mungkin merasa alurnya terlalu lambat dan sentimental. Konflik dalam novel ini cenderung bersifat internal dan sosial, bukan konflik fisik atau aksi besar, sehingga mungkin kurang cocok bagi mereka yang mencari drama yang cepat atau mendebarkan.
Namun secara keseluruhan, Twenty-Four Eyes adalah karya klasik yang relevan hingga kini. Ia mengajak kita merenung: tentang pendidikan, pengorbanan, dan harga sebuah ideologi dalam kehidupan sehari-hari.
No comments:
Post a Comment